Menjadi Berkat Melalui Keteladanan
Saya, hamba Tuhan yang melayani di pedalaman, mengalami berbagai macam kesulitan dan penderitaan akan pendidikan anak dan kesehatan. Kami sekeluarga sakit, tidak bisa berobat karena tidak punya uang, makan minum, yang ada hanya sagu, jagung, singkong, daun ubi kayu, daun kates/ pepaya. Dan jujur saja, tidak pernah merasakan makanan dan minuman enak, memakai pakaian bagus selayaknya hamba Tuhan lain di pinggir jalan Raya Kota.
Saya ingin meminta bantuan untuk kehidupan ke depan. Banyak yang menyalahgunakan bantuan yang diberikan dari Jakarta. Maka dari itu, saya memantau terus perkembangan hamba-hamba Tuhan dari Jakarta kepada hamba-hamba Tuhan di pedalaman. Saya melihat ada seorang hamba Tuhan yang jujur, seorang pendeta dari Timor, memberantas korupsi dan dipercaya oleh hamba-hamba Tuhan dari dulu di pedalaman. Beliau bernama Pdt. Nico.
Melalui beliau, saya meminta bantuan kepada Yayasan Yaski untuk saya mau bikin usaha mandiri. Usaha mandiri ini untuk mewujudkan rencana kehidupan yang lebih baik, membantu sesama dan visi saya.
Melayani, Membimbing, Membawa Jiwa
Dengan hormat, saya Pdm. Asrina, seorang hamba Tuhan yang melayani jiwa-jiwa yang tersesat, terhilang, terlantar di pedalaman. Melayani dengan diajar, dibina, dibimbing disadarkan, ditobatkan dibawa kepada Tuhan Yesus. Tetapi roh-roh jahat, penghulu udara, kuasa kegelapan, tradisi dan penyembahan berhala yang dilakukan oleh tokoh/ketua/pengurus berhala, mantra-mantra juga tidak mau kalah dan selalu berusaha mengambil alih atau merebut kembali dari Kristus.
Situasi ini begitu sulit, makan minum, berobat, menyekolahkan anak susah karena peralatan dan perlengkapan sekolah tidak ada. Uang tidak ada. Ditambah tidak ada sekolah pemerintah dan swasta di pedalaman.
Saya ingin berhasil dalam usaha mandiri seperti hamba Tuhan lain. Saya meminta bantuan karena saya juga mau sukses.
Tak Kan Pernah Mundur
Salam didalam Tuhan Yesus. Banyak hal yang saya alami dan saya ingin menyampaikan kesaksian tentang penderitaan dalam pelayanan. Menderita karena tidak punya uang, sakit hanya berdoa, dan makan minum akar lolan daun pohon pohonan dari hutan. Tidak pernah merasakan makan enak. Kalau sakit, tinggal tunggu sembuh atau mati. Seandainya saya punya uang juga, mau berobat di mana? Puskesmas Desa jauh dan harus ditempuh dengan berjalan kaki kurang lebih 87 KM dan baru ketemu Puskesmas.
Puskesmas Desa hanya seminggu sekali petugasnya datang. Sekalinya petugas datang, kita harus menunggu sehari sampai dua hari. Dan kalau petugasnya tidak datang, kita harus ke rumahnya. Tetapi kalau sakitnya sudah berat, tinggal tunggu mati saja di Puskesmas tanpa tindakan medis.
Pelayanan di pedalaman memang sangat sulit dan menderita. Tapi saya tidak mundur dan membutuhkan bantuan dari semua. Yang saya percaya Yayasan Yaski. Maka dari itu saya meminta bantuan dari Yayasan Yaski. Tuhan Yesus memberkati.
Diberkati untuk Memberkati
Shallom. Saya mau menyampaikan kesaksian saya. Tiga bulan lalu ada hamba Tuhan di Kalimantan Barat namanya Pdt. Wilmince yang membantu saya memberikan dana untuk saya pulang pergi ke Alor, NTT untuk kubur mayat orangtua perempuan saya. Luar biasa, saya dikasih dana Rp.6.000.000,-. Saya pakai naik pesawat pergi pulang ke Alor NTT untuk urus mayat mama saya termasuk makan, minum, transportasi darat. Rupanya Ibu Pdt. Wilmince memang asli Alor NTT.
Beliau melayani di pedalaman Kalimantan Barat pada 15 tahun lalu dan dibantu oleh Yaski sekitar tahun 2008 dengan Rp.200.000,-. Saya tidak tahu bagaimana ia bisa mengelola dana yang sedikit itu sampai punya rumah sederhana, 2 buah motor, ayam kampung beratus-ratus ekor. Pemasukan setiap hari Rp.500.000,- sampai Rp.638.000,-/hari. Lalu, beliau banyak membantuk hamba Tuhan lain, aktivis, Ev/Pdm/Pdt/Majelis Gereja di Kalimantan Barat dengan Rp.200.000,- per orang. Beliau pergi penginjilan di pulau Alor, kampung halamannya membantu para aktivis dan evangelis di sana, membangun usaha pengembangan ekonomi mandiri (UPEM).
Waktu saya pergi pulang ke Alor, tidak semua tapi ada hamba Tuhan tertentu di Alor menceritakan bahwa Ibu Pdt. Wilmince membantu mereka dengan dana Rp.200.000,-. Mereka membeli ayam kampung, kembangkan usaha dan kini ekonomi mereka terangkat dari segala kesulitan kebutuhan sehari-hari. Bisa makan minum, berobat, bisa tertolong bahkan tercukupi. Baru saya tau bahwa aktivis, evanjelis, Pdt/Pdm, semua dibantu oleh Yaski di Kalimantan. Malah pergi pelayanan ke provinsi lain untuk usaha ekonomi mandiri dan tersebar di seluruh bagian Indonesia. Saya adalah hamba Tuhan miskin di pedalaman dan tidak punya apa-apa. Saya sudah berhenti kerja di perkebunan kelapa sawit karena sakit sakitan. Saya mau usaha mandiri juga seperti hamba Tuhan lain, tolong bantu saya juga. Terima kasih.
Bertahan di Kampung Terpencil
Salam sejahtera selalu. Saya ingin menyampaikan kesaksian pelayanan saya kepada Bapak-Ibu supaya mengetahui pelayanan saya yang mengerikan. Memang luar biasa menderita. Beribu-ribu hamba Tuhan datang dari Jakarta ke seluruh pulau Kalimantan hanya berputar-putar di tepi jalan aspal atau pedalaman yang masih bisa motor masuk. Pedalaman yang dimaksud sama sekali motor tidak bisa masuk, harus melewati jalan setapak dan lewat jembatan gantung yang dipasang 1-2 batang kayu bulat. Baru sampai ke kampung yang dituju. Saya berani katakan, hamba Tuhan di Jakarta belum pernah merasakannya. Atau berjalan kaki menempuh 100-156 KM, sampai tidur di jalan baru sampai ke kampung itu. Nah.. pedalaman seperti ini yang belum pernah diceritakan oleh hamba Tuhan di pedalaman kepada Bapak dan Ibu.
Kondisi seperti ini yang membuat hamba-hamba Tuhan banyak juga yang pulang ke Jakarta. Medannya sulit ditempuh ditambah jauh sekali pedalamannya. Makan hanya ubi ketela atau ubi rambat, singkong, ubi kayu, sagu, jagung, pokoknya makanan minuman khas Dayak yang ada kodok, ular, ikan dibusukkan di tempat-tempat tertentu padahal sudah bau busuk, ya dimakan aja. Dibagikan juga beras bulog yang sudah berulat dan berdebu. Itu semua dicampur dengan singkong, daun kates atau daun pepaya dan semuanya untuk dimakan sehari-hari dalam melayani Tuhan.
Kebutuhan mandi sehari-hari hanya mengandalkan air di kolam yang sudah berwarna merah tanpa pakai sabun, gosok badan pakai batu gosok dengan sabut kelapa untuk sikat gigi. Merusak gigi sebenarnya. Lalu, masyarakat atau jemaat Kristen yang sakit, diusung atau dipikul ramai-ramai; seperti pikul babi lewat hutan; naik turun bukit berpuluh-puluh KM. Belum sampai ke balai pengobatan perusahaan atau klinik, orang sudah mati di tengah jalan, yah… bawa pulang ke kampung untuk dikubur saja.
Sinyal dan tower tidak ada. Jadi hamba Tuhan tidak memakai HP. Kalau punya juga tidak berlaku. Belum lagi ditambah masalah-masalah lain. Itu yang membuat hamba Tuhan menderita, pusing, stres di pedalaman. Saya cerita tentang keadaan di pedalaman yang sesungguhnya. Saya mohon bantuan untuk modal usaha mandiri berternak ayam kampung untuk mandiri ekonomi dalam pelayanan ke depan. Terima kasih.
Kemandirian Ekonomi
Shalom! Damai sejahtera meliputi kita semua. Perkenalkan saya, Evangelis Yunus yang melayani di pedalaman Kalimantan Barat selama 16 tahun. Jemaat yang saya layani, Puji Tuhan selalu bertambah. Sekarang ini sudah mencapai 43 KK atau 132 jiwa. Saya sangat senang dengan pelayanan ini untuk menjangkau jiwa-jiwa kembali kepada Tuhan Yesus. Iman memang bertumbuh pada jemaat. Tetapi sakit penyakit, tidak punya uang untuk berobat di balai pengobatan perusahaan sawit dan lainnya. Memang uang bukan segalanya. Tetapi kalau tidak ada uang, kegiatan terhenti, untuk biaya hidup akan kurang dan berhenti dan bahkan pelayanan juga akan terhenti.
Selama ini saya sedang merasakan sakit, kalau kata orang tinggal menunggu maut menjemput. Puji Tuhan dalam keadaan saya yang sakit ini, Tuhan tetap memelihara saya dan penyertaan Tuhan masih tersedia. Setiap orang di pedalaman sini tidak ada mantri, perawat, dokter, yang ada hanyalah dukun. Tetapi saya tidak pergi ke dukun. Untuk mengobati sakit saya, saya mengambil akar-akar kayu dan daunnya direbus untuk saya minum. Dengan iman saya berdoa sambil meminum air rebusan daun, akhirnya sembuh. Kemuliaan untuk Tuhan.