Salam dalam Kristus. Saya menceritakan pengalaman saya selama melayani di pedalaman dan kampung terpencil sebagai aktifis pelayanan menjangkau jiwa-jiwa. Saya juga berkerja di salah satu kebun orang untuk menanam padi, jagung. Pekerjaan saya ini dibayar dengan jagung, sagu, beras bulog yang kondisinya sudah berdebu dan berulat. Dimakan sehari-hari dengan masaknya dicampur, jagung dan beras bulog itu. Kalau perut sakit, obat-obatan alami seperti akar pohon dan daun-daun yang saya ambil dari hutan langsung saya rebus dan minum airnya. Puji Tuhan, langsung sembuh. Kalau harus ke balai pengobatan perusahaan, saya tidak ada uang dan hanya bisa berdoa menunggu waktu Tuhan masih memberikan hidup atau mati.
Pernah ada seorang aktifis yang sakit di pedalaman. Empat orang jemaat memikul secara bergantian selama perjalanan 6 jam melewati hutan. Kurang lebih 55 km jarak tempuhnya. Belum sampai balai pengobatan perusahaan, aktifis ini sudah meninggal saat dalam perjalanan di tengah hutan. Jemaat ataupun masyarakat yang membawa merasa tidak berdaya lagi kalau harus membawa kembali ke kampung asal. Jadi, dikuburlah ditengah hutan. Kisah ini nyata, bukan saya membuat-buat. Itulah yang mungkin akan terjadi kepada saya kelak. Saat saya sudah tidak berdaya lagi dan karena kesusahan balai pengobatan di pedalaman. Saya dan aktifis lain berjuang untuk memenangkan jiwa untuk Tuhan.
Keadaan di pedalaman memang sangat memprihatinkan. Banyak pelayan yang ingin datang dari Jakarta ke Kalimantan sini tetapi saat susah signal dan keadaan jalan yang parah, masih tanah merah dan tidak beraspal, apalagi lewati hutan ada saja yang membatalkan untuk ke pedalaman Kalimantan. Tapi, kami masih semangat berjuang untuk memberitakan kabar baik dari Tuhan Yesus.
Saya mempunyai harapan bisa membantuk aktifis lain yang mempunyai kondisi hidup sama seperti saya mungkin ada yang lebih parah. Maka dari itu saya ingin usaha mandiri menanam bibit semangka. Dengan keahlian yang Tuhan berikan kepada saya dalam bercocok tanam, saya ingin mengusahakan itu.