Pelatihan Radio Tanggap Bencana

Pelatihan Radio Tanggap Bencana

Puji dan Syukur kepada Kristus, oleh pertolongan-Nya pada tanggal 14 – 15 April 2023 First Response Indonesia (FRI) telah melaksanakan Training Radio Tanggap Bencana di Pulau Bali.

Ini merupakan training FRI kelas praktik yang pertama di tahun 2023 sebagai tindak lanjut dari kelas online (via platform Zoom) yang telah berlangsung pada masa pendemi covid-19 tahun 2022. Para peserta berasal dari beberapa komunitas relawan yang berbeda, seperti Tagana Rajawali Bali, Pemuda Gereja Kristen Protestan Bali (GKPB) Denpasar, Radio Heartline FM Bali, dan lainnya.

Berdasarkan koordinasi panitia dan para peserta di sana, akhirnya diputuskan lokasi training diadakan di Gedung Lembah Pujian, Denpasar – Bali. Jumlah peserta yang mengkonfirmasi keikutsertaan sebelumnya ada 14 orang, namun karena kendala tertentu seperti ada keluarga anggota yang kedukaan, jatuh sakit, dan lainnya, sehingga yang bisa hadir sebanyak 10 (sepuluh) orang. Semua peserta datang ke lokasi dengan tepat waktu dan training dapat dimulai sebagaimana yang sudah dijadwalkan.

Jose Marwoto sebagai Trainer memulai kelas praktek dengan memperkenalkan perangkat “Radio Koper FRI”. Dilanjutkan dengan demo menghubungkan semua perangkat radio koper, mulai dari antena – transmiter – dan studio mini. Kemudian para peserta yang sudah dibagi menjadi dua kelompok, masing-masing mempraktikkan kembali cara pemasangan semua perangkat radio koper tersebut. Setelah itu secara bersama-sama mendirikan station radio tanggap bencana di frekuensi 107.7 FM, dan semua peserta terlihat terperangah sekaligus kagum setelah mendengarkan suara radio yang baru saja mereka dirikan dengan waktu yang sangat singkat.

Training kelas praktek pada hari pertama terus dilanjutkan sampai tengah malam. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari kurikulum. Training kelas praktek betul-betul dikondisikan seolah-olah saat itu berada di lokasi bencana. Jadi sebagaimana radio tanggap bencana pada jam-jam malam harus terus mengudara, maka di kelas praktek pun mereka harus melakukan hal yang sama. Masing-masing kelompok melakukan siaran live, seperti Cerita Anak dan Reportase. Lalu pada jam 12 malam Radio Tanggap Bencana di-non aktifkan. Semua peserta diijinkan untuk istirahat dengan tidur melantai di mana saja mereka mau.

Di hari kedua Jose Marwoto kembali melatih para peserta untuk memperdalam siaran reportase dan talkshow. Semua peserta diminta terjun langsung menjumpai masyarakat untuk diwawancara terkait mitigasi bencana. Berkenaan pada malam itu terjadi gempa bumi yang cukup kuat terasa di Kota Denpasar. Jadi praktek wawancara dan reportase mereka menjadi sangat realistis. Semua peserta cukup mampu mengikuti sesi demi sesi sepanjang training berlangsung.

Setiap peserta mengakui sangat senang dan bersyukur bisa mengikuti training radio tanggap bencana kelas praktik ini. Sebagai contoh, seorang peserta yang bernama Eddy mengatakan:

“Saya sangat bersyukur boleh ikut training radio tanggap bencana dari First Response Indonesia ini. Sungguh luar biasa, kami boleh belajar bersama; bagaimana caranya ke depan kami menyampaikan informasi dan sekaligus memberikan hiburan kepada mereka yang terdampak bencana. Ini satu pengalaman yang tidak akan kita lupakan. Ada canda dan tawa juga; ada hal-hal lucu yang membuat kita semua tertawa dan akhirnya mengerti bagaimana menyampaikan suatu berita dengan baik tanpa kita terkesan menggurui. Jadi, buat trainer Romen dan Jose, ‘you are the best! Thank you. God bless you.’”

Dalam waktu dekat, akan dilaksanakan training kelas online yang akn diikuti oleh para peserta dari Samarinda, Makassar, Mamuju, Lampung, dan Padang.

Mari kita dukungan dalam doa agar supaya training di kota-kota tersebut dapat berjalan dengan baik. Dan bila Anda berminat untuk mengikuti training ini, segera hubungi Rommen di 081322992600.

Terima kasih, Tuhan Yesus memberkati!

(rl/ncr)