Evanjelis Rono, STh – GPDI Kampung Pasir RT.8, Numpang Sui Pinyuh 78353 – KalBar.
Salam sejahtera selalu. Saya ingin menyampaikan kesaksian pelayanan saya kepada Bapak-Ibu supaya mengetahui pelayanan saya yang mengerikan. Memang luar biasa menderita. Beribu-ribu hamba Tuhan datang dari Jakarta ke seluruh pulau Kalimantan hanya berputar-putar di tepi jalan aspal atau pedalaman yang masih bisa motor masuk. Pedalaman yang dimaksud sama sekali motor tidak bisa masuk, harus melewati jalan setapak dan lewat jembatan gantung yang dipasang 1-2 batang kayu bulat. Baru sampai ke kampung yang dituju. Saya berani katakan, hamba Tuhan di Jakarta belum pernah merasakannya. Atau berjalan kaki menempuh 100-156 KM, sampai tidur di jalan baru sampai ke kampung itu. Nah.. pedalaman seperti ini yang belum pernah diceritakan oleh hamba Tuhan di pedalaman kepada Bapak dan Ibu.
Kondisi seperti ini yang membuat hamba-hamba Tuhan banyak juga yang pulang ke Jakarta. Medannya sulit ditempuh ditambah jauh sekali pedalamannya. Makan hanya ubi ketela atau ubi rambat, singkong, ubi kayu, sagu, jagung, pokoknya makanan minuman khas Dayak yang ada kodok, ular, ikan dibusukkan di tempat-tempat tertentu padahal sudah bau busuk, ya dimakan aja. Dibagikan juga beras bulog yang sudah berulat dan berdebu. Itu semua dicampur dengan singkong, daun kates atau daun pepaya dan semuanya untuk dimakan sehari-hari dalam melayani Tuhan.
Kebutuhan mandi sehari-hari hanya mengandalkan air di kolam yang sudah berwarna merah tanpa pakai sabun, gosok badan pakai batu gosok dengan sabut kelapa untuk sikat gigi. Merusak gigi sebenarnya. Lalu, masyarakat atau jemaat Kristen yang sakit, diusung atau dipikul ramai-ramai; seperti pikul babi lewat hutan; naik turun bukit berpuluh-puluh KM. Belum sampai ke balai pengobatan perusahaan atau klinik, orang sudah mati di tengah jalan, yah… bawa pulang ke kampung untuk dikubur saja.
Sinyal dan tower tidak ada. Jadi hamba Tuhan tidak memakai HP. Kalau punya juga tidak berlaku. Belum lagi ditambah masalah-masalah lain. Itu yang membuat hamba Tuhan menderita, pusing, stres di pedalaman. Saya cerita tentang keadaan di pedalaman yang sesungguhnya. Saya mohon bantuan untuk modal usaha mandiri berternak ayam kampung untuk mandiri ekonomi dalam pelayanan ke depan. Terima kasih.