Orang Kristen, Haruskah Percaya dengan AI?

Orang Kristen, Haruskah Percaya dengan AI?

Salah satu Lembaga Pelayanan Kristen Asia yang menjadi partisipan di Digital Media Workshop, mempresentasikan pencapaian timnya membuat program Artificial Intelligent (AI) sendiri.

Digital Media Workshop
Digital Media Workshop

Mereka mengatakan, jika kita menggunakan AI buatan sendiri, kita bisa menyelamatkan data-data kita agar tidak disalahgunakan pihak lain. Dan sebagai Lembaga Pelayanan Kristen, mereka juga mendemonstrasikan bagaimana jawaban-jawaban yang keluar dari AI yang dibuat oleh Perusahaan sekuler dengan AI yang dibuat lembaga pelayanan, ternyata sangat berbeda dalam memberikan jawaban. AI yang dibuat perusahaan sekuler akan memberikan jawaban-jawaban dari big data tanpa memberinya perspektif iman kristen. Sementara jika AI dikembangkan sendiri, akan mampu menjawab setiap pertanyaan dalam perspektif iman Kristen. Bagaimanapun AI adalah mesin. Jawabannya tergantung dari asupan informasi yang kita berikan kepadanya.

Semakin maraknya AI digunakan dalam pekerjaan-pekerjaan sekuler bahkan dalam dunia pelayanan, membuat kita harus kita harus kritis dengan fenomena AI. AI adalah alat bantu saja, bukan kebenaran absolut. Karena itu, tetap harus ada kebijaksanaan dalam menggunakan AI.

Karina Carley, salah satu narasumber dalam DMW  yang saat ini menjabat sebagai Project Coordinator Trinet Internet Solutions, menuturkan alasan kita tetap harus memanfaatkan AI, diantara:

  • AI mampu mengotomatiskan tugas yang berulang, menghemat waktu, tenaga)
  • AI dapat membuat proses menjadi lebih efektif, dan meminimalkan kesalahan.
  • AI dapat menganalisis data dengan kecepatan yang jauh lebih cepat dibandingkan manusia
  • AI dapat dilatih agar lebih akurat dibandingkan manusia pada hal-hal tertentu
  • AI dapat melakukan tugas serupa seperti manusia tanpa merasa lelah atau ‘kehabisan tenaga’

Meski demikian Carley mengingatkan bahaya AI, seperti:

  • AI dapat memanipulasi / memutarbalikkan data
  • AI juga berpotensi membuat konten palsu.
  • AI dapat mencuri data pribadi / menyimpan data pribadi dan menggunakan kembali / menjualnya
  • Ketika AI mulai melihat / mendefinisikan pola perilaku pengguna, AI dapat mulai menarik kesimpulan lain dan membuat keputusan tentang pengguna
  • AI dapat menyimpulkan detail yang tidak diberikan tentang Anda, seperti kecenderungan politik dan agama
  • Jawaban AI juga bisa bias, khususnya pandangan tentang agama. Alat AI sering kali condong ke arah liberal dan secara langsung menyembunyikan atau menyerang sudut pandang yang konservatif dan kekristenan.

Untuk Lembaga pelayanan yang menggunakan keunggulan AI, berikut saran dari Carley:

  • Jangan membagikan data-data sensitif dengan mudah. Jangan percaya dengan AI begitu saja.
  • Periksa kembali semua informasi dari AI. Karena itu, Anda harus berhati-hati terhadap materi yang punya hak cipta. Anda bisa memeriksa informasi tersebut melalui Grammerly.com dan Duplichecker.com jika terkait isu plagiarisme.
  • Gunakan browser yang aman, seperti Brave
  • Saat menggunakan AI dengan akun terlampir, gunakan informasi samaran dari diri Anda. Jangan beri alamat, email, telepon kantor yang sesungguhnya.