Situasi perekonomian Indonesia saat ini berbeda dengan situasi di kala krisis moneter tahun 1998. Drs. Jahja Setiaatmaja: Kalau Tak Bisa Masuk Digital, Ganti Bisnis Anda!
Menurut Presiden Direktur BCA, Drs. Jahja Setiaatmaja, di tahun 1998 banyak kepemilikan korporasi beralih tangan, perusahaan tetap berjalan, hanya berganti investor /kepemilikan. Sementara di sisi lain Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dapat bertahan alias tetap eksis.
“…yang sangat terpukul (saat krisis moneter 1998) adalah korporasi, hancur, banyak sekali konglomerat yang sebelumnya tidak menjaga kehati-hatian dalam pinjaman. Pinjaman mereka sangat besar, ekspansi terus dengan hasil pinjaman. Akhirnya gagal bayar, karena kurs kacau balau, suku bunga tinggi… banyak kepemilikan yang berguguran, bukan korporasinya yang bangkrut,… sementara UKMNM bertahan, karena memang dari dulu mereka meminjam secukupnya untuk keperluan bisnis semata, sehingga recovery nya cepat,” papar Drs. Jahja Setiaatmaja dalam Webinar I bertajuk “Indonesia’s Economic Situation and Prospect: Now & Then” yang diselenggarakan Yayasan YASKI, Jumat (24/09).
Hal tersebut, menurut Presdir BCA, yang membedakan krisis moneter 1998 dengan situasi perekonomian saat ini, kala pandemi Covid-19. Kalau sekarang, krisis nyaris menghantam semua lini, mulai dari korporasi, bisnis komersial hingga UMKM.
“…bahkan kredit masyarakat seperti KPR dan KKB (kendaraan bermotor) pun terdampak. Apalagi saat penyekatan PSBB terjadi,… yang paling terasa adalah middle-low class, UMKM, karena mereka tidak bisa jualan,…untuk itu kita harus sabar, karena pemulihan ekonomi kali ini tidak bisa secepat tahun 1998,” kata alumni Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia tahun 1981 itu.
Terkait penerapan PSBB/PPKM, Drs. Jahja sama sekali tidak menyalahkan kebijakan pemerintah, karena memang langkah tersebut harus diambil demi keselamatan bangsa yang terancam Covid-19.
Drs. Jahja mengatakan bahwa kondisi tersebut sedikit banyak terjadi di awal tahun 2020. Sementara ketika memasuki tahun 2021, menurut penerima The Most Influential Leader Award dari CNBC Indonesia itu, situasi Indonesia sudah mulai membaik, baik dari sisi kesehatan maupun dari sisi ekonomi.
“Situasi ekonomi yang mulai membaik, kembali jatuh karena gelombang varian Delta di Indonesia sehingga PPKM Darurat diberlakukan, namun jatuhnya tidak separah tahun 2020,” tutur Drs. Jahja.
Adanya program vaksinasi yang gencar dari pemerintah, relaksasi kredit dan kebijakan keuangan sejak tahun 2020 yang luar biasa membantu korporasi, UMKM maupun masyarakat umum, sedikit banyak membantu proses pemulihan perekonomian bangsa ini. Drs. Jahja mengucapkan terima kasih kepada pemerintahan Presiden Joko Widodo atas beragam kebijakan yang diambil di segala lini, sehingga aktivitas bisnis sudah mulai pulih seiring dengan pelonggaran PPKM.
Karena itu, Drs. Jahja optimistis Indonesia memiliki peluang emas penuh prospek di masa pemulihan Covid-19 untuk bisa bangkit.
“Tuhan sayang kepada kita, kepada bangsa Indonesia, kita diberikan kekayaan alam yang luar biasa. Tahun 2021, ekspor hampir seluruh produk andalan Indonesia melonjak (CPO dan Batubara), terutama besi dan baja yang menjadi primadona baru… pemulihan ekonomi Indonesia terbantu membaiknya permintaan global,” papar Presdir BCA itu. Lima wilayah tujuan ekspor Indonesia adalah Tiongkok, Amerika Serikat, India, ASEAN, dan Jepang.
Lebih lanjut melalui paparan materi webinar, Drs. Jahja Setiaatmaja mengatakan bahwa pemulihan terjadi di banyak sektor, dengan 4 kategori, yaitu pulih cepat (winning sector), pulih moderat, pulih lambat, dan belum pulih/masih tertekan. Adapun bisnis-bisnis yang masuk ke dalam 4 kategori itu, antara lain:
- Pulih cepat: Minyak nabati, jasa usaha, IT, kimia dan plastik, jasa keuangan, batubara, peternakan, perkebunan, alat kesehatan, farmasi, pembangkit listrik, dan makanan.
- Pulih moderat: Makanan minuman, distribusi, logam, mesin dan alat, packaging, dan bahan bangunan.
- Pulih lambat: telco, stationary, transportasi, property.
- Belum pulih: otomotif, resto, tekstil, rokok dan tembakau, media, infrastruktur, pariwisata, dan consumer business.
“Kita harus melihat bisnis Anda berada saat ini, apakah di kategori pulih cepat, kok saya belum pulih, berarti ada sesuatu, something wrong, Anda harus segera evaluasi… moderat atau pulih lambat, apakah Anda ada breakthrough agar bisa pulih cepat, atau Anda mungkin harus beralih mencoba bisnis lain…,” kata Drs. Jahja. “Kita harus bisa cepat, gesit memperbaiki diri (agility), bisa adaptasi secara cepat kepada satu lingkungan.”
Bisnis Anda ada di kategori belum pulih alias masih tertekan, jangan khawatir! Pasalnya, menurut Drs. Jahja, Tuhan memberikan kita kepandaian, suatu tools untuk mengatasi masalah. Salah satu tools itu, menurutnya, adalah digitalisasi.
“Digitalisasi bisa dimanfaatkan untuk overcome, untuk keluar dari kesulitan ini. Saya lihat di saat pandemi, banyak bisnis yang akhirnya bisa survive dengan memanfaatkan digitalisasi pada bisnis mereka,” kiat Drs. Jahja. “… salah satu contoh, banyak usaha dagang yang game over karena masih menunggu orang untuk belanja ke toko mereka, padahal mobilisasi diperketat, ya gak ada yang datang. Tapi ada yang tetap bertahan, mengapa? Karena mereka bisa beradaptasi. Ini abad digital loh, online! Kalau Anda bisa breakthrough ke dunia digital. Kalau bisnis Anda tidak bisa masuk onboarding ke digital, ya cari bisnis lain…”
Adaptasi dan maksimalisasi dunia digital pun dilakukan oleh BCA, perusahaan yang Drs. Jahja pimpin. Hasilnya, tentu semua orang tahu, BCA bisa survive sebagai bank terbesar ketiga di Indonesia sampai saat ini.
Lebih lanjut, Drs. Jahja Setiaatmaja mengatakan bahwa sedikitnya ada 2 peluang emas buat Indonesia di masa pemulihan ini demi bangkitnya perekonomian bangsa, yaitu relokasi Industri dan energi baru (listrik, tenaga surya dan tenaga angin).
“…dengan permintaan mobil listrik yang mendunia, karena dengan adanya green energy, maka batubara dan bensin akan sedikit banyak ditinggalkan. Transisi ke energi terbarukan secara fundamental cukup menguntungkan Indonesia di masa depan, sehingga kekayaan alam Indonesia seperti nikel dan tembaga (bahan pembuat baterai listrik) punya prospek sangat baik” ujar Drs. Jahja.
Untuk itu, Drs. Jahja Setiaatmaja mengajak kita semua untuk tetap optimistis melihat perekonomian bangsa ini, khususnya buat para pebisnis, baik yang sudah ada maupun yang akan mulai. Terlepas dari up and down perekonomian bangsa ini, Drs. Jahja mengajak kita juga untuk tetap bersyukur kepada Tuhan yang tak pernah meninggalkan kita sebagai bangsa kala didera pandemi Covid-19.
Webinar 1 “Indonesia’s Economic Situation and Prospect: Now & Then” adalah sesi pertama dari rangkaian Webinar 2021 bertajuk “Family Financial Strategy from Pandemic to New Era” yang diselenggarakan oleh Yayasan YASKI dalam rangka jelang HUT ke-52 di bulan November mendatang. Adapun sesi-sesi berikutnya adalah:
- Growing Healthy and Wealthy from Christian Perspective bersama Handi Irawan D. (CEO Frontier)
- The Essence and Family Building GOALS bersama Charlotte K. Priatna M.Pd., M.Min (Ketua YPK Athalia Kilang)
- Busy but Not Noisy to Overcome Family Problem bersama Dr. Julianto Simanjuntak (Chairman LK3)
- Smart Financial Strategy and Lifestyle in the New Normal Era bersama Arga J. Karo-karo (Pakar Keuangan dan Investasi)
- Unshakeable Strength and Endless Hope bersama Pdt. Yakub Susabda Ph.D (Dosen Teologi Sistematika)
Bila Anda berminat mengikuti webinar via zoom di atas, silakan menghubungi HUMAS YASKI di telpon/WA 0822 7300 0936.
Untuk materi lengkap seputar paparan setiap narasumber webinar, termasuk webinar I, Anda dapat akses melalui kanal YouTube YASKI TV. Kiranya Tuhan Yesus memberkati! (yp)